MENGATASI
STRES DALAM MELATIH
A. Latar Belakang
Saat
ini menjadi seorang pelatih merupakan passion
dan kebanggan tersendiri, terutama bagi pelatih muda. Melatih bukan
merupakan perkara yang mudah, terutama untuk mencetak atlet-atlet potensial.
Sebagai seorang pelatih, tentu dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
melatih. Hal ini didasari oleh karena melatih tidak hanya memerlukan berbagai
disiplin ilmu untuk menunjang kompetensi seorang pelatih, tetapi juga
memerlukan suatu seni (Harsono, 1988). Kedua hal inilah yang nantinya akan penulis
jadikan sebagai suatu landasan mengenai “kenapa setiap pelatih dapat mengalami
stress ketika melatih?”
Seorang
pelatih pada dasarnya merupakan perantara untuk atlet agar dapat mengembangkan
potensinya, seorang pelatih pun merupakan perantara bagi siapapun yang ingin
memelihara kesehatannya. Sehingga seorang pelatih dituntut untuk dapat memahami
tentang berbagai disiplin ilmu yang menunjang terhadap profesinya sebagai
seorang pelatih, dan melatih merupakan suatu seni untuk dapat mengaplikasikan
disiplin ilmu tersebut pada latihan dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai
dengan kelompok umur dan tujuan latihannya.
Seorang
pelatih mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas kepada meningkatkan prestasi
atlet saja, akan tetapi juga membentuk aspek moral atlet. Oleh karena itu
selain tugasnya sebagai seorang pelatih dia juga berperan sebagai seorang
pendidik, guru, bapak dan teman sejati (Harsono, 1988; Marteens, 2012). Pelatih
merupakan model bagi atlet, sehingga setiap atlet hampir sudah pasti akan
meniru perilaku pelatihnya.
Hal
itu mungkin dapat dijadikan sebagai alasan bagi pelatih yang mengalami stress
baik itu secara fisik maupun secara psikis, dikarenakan tidak mampu memenuhi
tuntutan dari profesinya. Di lain pihak, sebagian pelatih menganggap hal
tersebut sebagai suatu tantangan yang menyenangkan dan dapat memuaskan pelatih
secara psikologis. Hal ini karena pelatih sudah mampu beradaptasi dengan
mengenali kelebihan dan kekurangannya sebagai pelatih. Sehingga meraka memiliki
motivasi untuk terus belajar dan memperbaiki kekurangannya (How, Humphrey, dan
Bowden, 2011).
B.
Pengertian Stress
Strees dapat diartikan
sebagai adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan
kemampuan memenuhinya. Hal itu dapat disebabkan oleh faktor internal maupun
faktor eksternal (Weinberg and Gould 2011; Pargman, 2006). Stres dapat terjadi
pada berbagai bidang kehidupan, seperti dalam pendidikan, pekerjaan, dalam
hubungan sosial individu dengan orang-orang di sekitarnya maupun dalam dunia
olahraga.
Stres dalam dunia
olahraga tidak hanya di rasakan dan dialami oelh atlet saja, akan tetapi juga
oleh pelatih. Hal ini biasa terjadi terutama pada pelatih muda yang baru
pertama kali melatih, pelatih yang baru mengikuti kejuaraan, pelatih yang
diberikan target dalam waktu dekat ataupun pelatih yang menangani tim diluar
kemampuannya.
B.
Mengatasi Stress dalam Melatih
Perlu diketahui bahwa terdapat
tiga hal yang akan menunjang suksesnya pelatih, yaitu: (1) latar belakang
pendidikannya dalam ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan olahraga, (2)
pengalamannya dalam olahraga, baik sebagai atlet top maupun sebagai pelatih,
dan (3) motivasinya untuk senantiasa memperkaya diri dengan ilmu dan
pengetahuan yang mutakhir mengenai olahraga, khususnya mengenai cabang
olahraganya (Harsono, 1988).
1. Latar
belakang pendidikan dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan olahraga
Pelatih
dari akademisi akan lebih memahami tentang ruang lingkup pelatihan olaharga,
hal ini karena telah dibekali dengan ilmu-ilmu yang menunjang terhadap tugasnya
sebagai seorang pelatih, sehingga dapat dikatakan sebagai ilmuan olahraga.
 |
Gambar 1. Ilmu-ilmu yang mendukung Teori
dan Metodologi Latihan
(Sumber. Theory and Methodology of
Training, Bompa)
Faktor ini salah satunya dapat dijadikan sebagai
acuan bagi pelatih untuk mengatasi stress dalam melatih. Karena seperti yang
kita ketahui bahwa stress timbul sebagai akibat dari tekanan baik itu tekanan
secara fisik, psikis maupun lingkungan. Dengan bekal latar pendidikan dan
ilmu-ilmu yang yang menunjang terhadap tugas seorang pelatih, maka akan dapat
mengurangi stress yang dirasakan pelatih ketika melatih.
Dengan
bekal keilmuan yang dimiliki pelatih, maka pelatih akan percaya diri memahami
rancangan program latihan untuk setiap atlet (teori dan metodologi latihan),
pembentukan karakter, motivasi atlet dan aspek sosialnya (psikologi),
mengembangkan skill atlet (biomekanika, fisiologi, anatomi) (Frost, 2009) dan
gizi serta nutrisi atlet (Harsono, 1988; Giiriwijoyo, 2007).
2. Pengalaman
sebagai atlet atau pelatih
Hal
kedua yang dapat dijadikan untuk mengatsi stress dalam melatih adalah
pengalaman sebagai atlet atau pelatih. Pengalaman akan berperan dalam mengatasi
stress ketika melatih, baik itu sebagai atlet ataupun sebagai pelatih. Dari
pengalaman, seorang pelatih akan dapat me-manage stress yang dihadapi ketika
melatih. Pelatih akan merasa percaya diri, karena telah mengalami hal yang sama
ketika dulu menjadi atlet. Sebagai tambahannya untuk melengkapi pengalamannya
tersebut, pelatih dituntut untuk memahi berbagai disiplin ilmu yang menujang
untuk proses latihannya agar tidak terjadi mallpractice.
Pelatih yang berpengalaman baik itu sebagai atlet atau pelatih, akan dapat
me-manage stress dan dapat meninggalkan kesan yang baik pada atletnya seumur hidupnya
(Becker, 2009), akan membuat pelatih percaya diri untuk memberikan setiap
intruksi yang dengan cepat akan di respon atlet, akan memberikan motivasi yang
kuat bagi atletnya, akan membuat hubungan atlet-pelatih semakin kuat (UK Sports
Coach).
3. Motivasi
pelatih untuk selalu memperbaiki diri dan menambah pengetahuannya
Langkah
ketiga untuk mengatasi stress bagi pelatih adalah adanya motivasi untuk selalu
memperbaiki diri dan menambah pengetahuannya. Pelatih juga adalah manusia,
tidak ada yang sempurna. Sehingga segala kekurangan akan selalu ada, akan
tetapi bukan berarti tidak dapat diperbaiki. Pelatih yang memiliki motivasi
untuk selalu memperbaiki diri dan terus belajar akan mampu me-manage stress,
karena tantangan akan selalu ada dan pelatih harus selalu siap dengan segala
kemungkinan yang akan terjadi.
4. Coping Behaviors
1. Practicing Good Personal Health Habits (mempraktekkan
kebiasaan hidup sehat)
2. Learnt to Recognize and
Value Your Own Accomplishments (belajar mengenali dan menilai prestasi diri
sendiri)
3. Learn to Take One Thing
at a Time (belajar mengambil satu hal penting dalam suatu waktu)
4. Learn to Take Things Less Seriously
5. Do Things for Others
6. Talk Things Over with Others
5. Coping Teknik
1. Physical Exercise
2. Recreational Activities
3. Muscle Relaxation
4. Meditation
5. Biofeedback
6. Divine Guidance
7. Use of Alcohol
DAFTAR
PUSTAKA
Alan Edwards. (____). Sports coach UK Research Summary 2. How a
Coach’s Reputation Influences Player Behaviour.
Becker, Andrea J. (2009). It’s Not What They Do, It’s How They
Do It: Athlete Experiences of Great Coaching.
International Journal of Sports Science & Coaching. Volume 4-Number 1, 2009.
Deborah A. Yow, James H. Humphrey, and William W. Bowden.
(2011). Coaching: Assessing Their Nature, Scope And Impact. New York: Nova
Science.
Frost, Jefrey L. (2009). Characteristics Contributing to the
Success of a Sports Coach. thesportjournal.org/article/characteristics-contributing-to-the-success-of-a-sports-coach/.
United States Sports Academy, 7 Januari 2009.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam
Coaching. Tambak Kusuma.
Martens, Rainer. (2012). Successful Coaching. USA: Human
Kinetics.
Pargman, David. (2006). Managing Performance Stress. New York:
Routledge.
Weinberg, Robert S., Gould, Daniel. (2011). Foundations of Sport
and Exercise Psychology. Champaign, IL: Human Kinetics.
|
Play at Wynn Hotel Las Vegas - Mapyro
ReplyDeleteWynn Casino. 3131 Las Vegas 원주 출장안마 Blvd. South Las 거제 출장샵 Vegas, NV 89109. The Strip · (702) 오산 출장마사지 770-7055 · 군산 출장샵 Visit Website. http://www.wynnlasvegas.com/. 김포 출장안마