OLAHRAGA DAN AGAMA
A. Latar Belakang
Olahraga
merupakan suatu aktifitas gerak tubuh, mulai dari anggota tubuh bagian atas dan
bagian bawah. Dikatakan aktivitas karena memiliki tujuan pada akhirnya, yakni
kualitas hidup yang meningkat sehingga menjadikan tubuh menjadi sehat dan
bugar.
Kehadiran olahraga
beriringan dengan hadirnya kehidupan manusia ini. Tentu saja keberlakuannya
juga sampai pada akhir kehidupan dunia ini. Artinya bahwa olahraga tidak
mengenal usia, zaman, pradaban, negara, strata kehidupan, formal ataupun
nonformal.Keseluruhanya berjalan alami. Hal senada diungkapkan oleh Johan
Huizinga dalam bukunya bahwa keberlakuan olahraga tidak hanya terjadi kepada
masyarakat modern, tetapi bahkan terjadi kepada masyarakat yang bisa dikatakan
kuno dan primitif. Meskipun mudah untuk mengabaikan fakta ini, walaupun
sebagian besar olahraga berlangsung di tingkat informal. Selain partisipasi
aktual, kehadiran pada event olahraga di seluruh negeri mungkin merupakan
kebutuhan bagi banyak orang untuk menontonnya. Sedemikian besarnya peran
olahraga dan partisipasi manusia terhadap olahraga, tentu saja kita harus
melihat dan menelaah manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga.
Maka
dari itu, olahraga juga harus memiliki insan-insan yang bertakwa dan beriman
dikarenakan semua kegiatan olahraga terutama dicabang-cabang tertentu
memerlukan kejujuran, selain kejujuran diperlukan rasa tanggung jawab dalam
setiap hal. Olahraga berkaitan dengan ibadah karena kita berolahraga agar badan
sehat dan jika bedan sehat kita dapat menjalankan ibadah dengan baik, sehingga
kita tidak hanya memikirkan keaadan jasmaniah saja tetapi juga rohaniah seperti
kata orang bijak “mensana in corporesano” yang artinya didalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat.
Agama merupakan
penyeimbang dari olahraga karena tidak mungkin kita hanya memuaskan hasrat
untuk berolahraga tetapi agama digunakan untuk memuaskan hasrat dalam
mendekatkan diri kepada Allah S.W.T, sebagai Tuhan yang telah menciptakan kita
yang telah memberikan badan yang sehat, keterampilan dan kemampuan khusus
sebagai penunjang kita dalam berolahraga. Agama islam dan olahraga memiliki
korelasi atau hubungan dengan olahraga dikarenakan setiap olahraga selalu
mengedapankan sportifitas yang tak lain sangat berhubungan erat dengan
kejujuran, kejujuran sangat perlu ditanamkan dalam setiap insan olahraga demi
menjaga citra sportif dalam setiap pertandingan.
B. Pengertian Olahraga
Pengertian olahraga sangatlah luas dilihat dari segi
manapun olahraga tidak lepas dari gerak manusia yang semata-mata untuk
mendapatkan hasil timbal balik yaitu timbal balik untuk mendapatkan kesehatan,
prestasi, maupun pendidikan. Sukintaka dikutip dalam Paiman (2010 : 18)
mengatakan, olahraga adalah aktivitas jasmani dan permainan yang dilakukan
dengan perjuangan melawan dirinya sendiri, teman bermain, dan lingkungan alam
untuk memperoleh kemenangan. Olahraga adalah setiap aktivitas yang mengandung
sifat atau ciri permainan dan melibatkan unsur perjuangan mengendalikan diri
sendiri atau orang lain untuk konfrontasi dengan alam (Dini, 2012:61).
Olahraga sebagai kata majemuk berasal dari kata olah
dan raga. Olah artinya upaya untuk mengubah atau mematangkan, juga bisa
diartikan sebagai upaya untuk menyempurnakan. Kata olah merupakan perubahan
dari kata ulah, ulah artinya perbuatan, tindakan atau tingkah laku sehingga
olahraga dapat diartikan dengan aktivitas fisik (Harsuki, 2003:44). Maka, dapat
disimpulkan olahraga adalah suatu gerak atau aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sesuatu baik dari segi jasmani maupun rohani yang mampu memberikan
manfaat bagi jiwa dan raga.
Hakikat olahraga adalah gerak manusia, olahraga muncul dari hasil kreasi gerak manusia,
secara tidak disadari bahwa setiap kreasi gerak manusia dalam melakukan hal
apapun itu sudah termasuk olahraga, apapun bentuk aktivitas fisik dari manusia
terkandung dalam olahraga.
C. Pengertian Agama
Kata
“agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat
kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan
nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata agama. Namun akan sedikit
sulit mendefenisikan pengertian agama itu sendiri. Hal tersebut diakui sendiri
oleh Mukti Ali, salah seorang pakar ilmu perbandingan agama di Indonesia yang
mengatakan; “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan
defenisi selain dari kata agama.”
Menurut
Mukti Ali, terdapat tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam
menanggapi statemen tersebut. Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin
dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan
emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu
dengan emosi yang kuat dan yang ketiga
konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan
pengertian agama.
Mohammad
Natsir pernah mengatakan agama adalah hal yang disebut sebagai problem of ultimate concern, suatu
problem kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan soal
agamanya maka ia tidak dapat tawar menawar. Namun begitu bukan berarti agama
tidak dapat diberikan pengertian secara umum. Dalam memberikan defenisi
tersebut, para ahli menempuh beberapa cara; Pertama dengan menggunakan analisis
etimologis, yaitu menganalisis konsep bawaan dari kata agama atau kata lainnya
yang digunakan dalam arti yang sama. Kedua, analisis deskriptif, menganalisis
gejala atau fenomena kehidupan manusia secara nyata.
Berbicara
mengenai agama maka terdapat tiga padanan kata yang semakna dengannya yaitu
religi, al-din dan agama. Walaupun sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa
ketiganya berbeda satu sama lainnya seperti pendapat Sidi Gazalba dan Zainal
Arifin Abbas yang mengatakan al-din lebih luas pengertiannya daripada religi
dan agama. Agama dan religi hanya berisi hubungan manusia dengan Tuhan saja
sedangkan al-din berisi hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia
dengan manusia. Sedangkan menurut Zainal Arifin Abbas, kata al-din (memakai
awalan al-ta’rif) hanya ditujukan kepada Islam saja.
Sedangkan
pendapat yang mengatakan ketiga kata diatas mempunyai makna sama seperti
pendapat Endang Saifuddin Anshari dan Faisal Ismail. Perbedaan hanya terletak
pada segi bahasanya saja. Kemudian secara etimologis agama berasal dari bahasa
sanskerta, masuk dalam perbendaharaan bahasa Melayu (nusantara) dibawa oleh
agama Hindu dan Budha. Pendapat yang lebih ilmiah, agama berarti jalan.
Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang
hidupnya atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia,
atau jalan yang menunjukkan darimana, bagaimana dan hendak kemana hidup manusia
di dunia ini.
D.
Manfaat Olahraga Bagi Agama
Dalam
buku yang berjudul ''Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam'' oleh Dr Mahmud Ahmad
Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan
bahwa olah raga sangat berguna bagi kesehatan manusia jika dia mau sehat.
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan
olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan
jasmaninya.
Olahraga
sangat bervariasi dan sangat bermanfaat. Hal ini sudah dikenal oleh orang-orang
terdahulu. Dalam Ath-Thibbun Nabawi (Kedokteran a la Nabi) Ibnul Qayyim
mengatakan, “Berkuda, panahan, gulat dan lomba lari adalah olahraga untuk
keseluruhan fisik dan mampu menghilangkan penyakit akut”.
Semua
itu tidak perlu dilakukan secara rutin setiap hari. Sejumlah pakar mendapatkan
bahwa melakukan olahraga 5 kali dalam sepekan sudah cukup untuk mewujudkan
tujuan yang dimaksud, dengan syarat, dilakukan dengan rutin.
Selain
dari berguna bagi pertumbuhan kepada perkembangan jasmani manusia, juga memberi
pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan
efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan
dan pencernaan menjadi teratur.
Beberapa
anggota Majelis Ulama Indonesia mempunyai pandangan yang sama tentang hukum
olahraga menurut ajaran Islam, bahwa hukum olahraga adalah sunnah atau
dianjurkan melakukannya menurut ajaran Islam selama pelaksanaannya menurut
ajaran Islam.
Semua
agama sepakat ada beberapa manfaat
berolahraga antara lain :
1.
Meningkatkan
kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan :
(1)Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya : Jogging, senam,
renang, bersepeda. (2)Anaerobik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen
tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint
100 M, tenis lapangan, bulu tangkis. (3) Denyut nadi istirahat menurun.
(4)Kapasitas bertambah. (5) Penumpukan asam laktat berkurang. (6) Meningkatkan
pembuluh darah kolateral. (7)Meningkatkan HDL Kolesterol. • Mengurangi aterosklerosis.
2.
Meningkatkan
kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada : (1) Pada anak :
mengoptimalkan pertumbuhan. (2) Pada orang dewasa : memperkuat masa
tulang,menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut.
3.
Meningkatkan
kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.
4. Terhindar dari resiko terjadinya
berbagai penyakit seperti : Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik
dan diastolic, Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan mengurangi
lemak tubuh, Kencing manis : menambah sensitifitas insulin, Infeksi :
meningkatkan sistem imunitas.
5. Meningkatkan sistem hormon melalui
peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh
dan meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan
berat badan ideal.
6. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh
terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.
E. Hubungan Olahraga Dan Agama
Agama dan olahraga tentunya
sangat berkaitan, kedua-duanya saling berhubungan dimana agama berhubungan
dengan olahraga dan olahraga berhubungan dengan agama. Keduanya secara tidak
langsung tidak dapat dipisahkan hubungan ini bisa dibuktikan dengan sifat-sifat
yang ada di dalam olahraga berlandaskan kepada agama, khususnya agama islam.
Seperti sifat jujur dalam bertanding dalam islam kita di wajibkan untuk selalu
jujur juga dan kita juga diajarkan untuk saling menghormati maupun menghargai
individu lain dalam olahraga. Disini kedua hal tersebut harus seimbang,
olahraga itu baik untuk kesehatan dan dengan tubuh yang sehat maka seseorang
dapat melakukan ibadah dengan lebih baik. Maka dari itu, selain memiliki
jasmani yang sehat, seseorang juga perlu mengimbangi dengan keadaan rohani yang
sehat pula, yang dapat dicapai dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Seseorang harus sehat jasmani dan juga rohani, karena dalam menjalankan
aktifitas kehidupannya Allah SWT telah memberikannya bentuk tubuh beserta
fungsinya dengan sempurna dan kita dapat bersyukur dengan selalu menjalankan
perintahnya dan juga menjaga tubuh ini dengan baik. Allah SWT menyukai muslim
yang kuat, dengan kata lain agama islam menganjurkan setiap umatnya untuk
menjadi kuat, kuat rohaninya maupun jasmaninya. Untuk mendapatkan rohani yang
kuat, kita beribadah. Dan untuk mendapatkan jasmani yang kuat, kita harus
berolahraga. Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar, sedangkan segala
keputusan Allah SWT yang menentukan. Jadi serajin apapun kita berlatih untuk
mencapai target yang diinginkan, apabila tidak di imbangi dengan berdoa dan
beribadah semuanya akan sia-sia, dengan kita berdoa insyallah segala
sersuatunya pasti akan mendapatkan atau diridhoi oleh allah SWT.
Hubungan antara olahraga dan
agama yaitu tentang kejujuran serta keadilan. Agama mengajarkan kita untuk
bersikap jujur dan adil. Dalam pertandingan olahraga, peran agamapun sangat
penting, seperti sebelum bertanding kita berdoa. Disetiap pertandingan olahraga
setiap atletpun menjunjung tinggi sportifitas dan kejujuran,karena tujuan dari
olahraga itu sendiri adalah kerendahan dalam kemenangan dan kesetiakawanan
dalam kekalahan. Apabila seorang atlet memenangi pertandingan diharapkan dapat
rendah diri, dan mampu membangkitkan semangat kepada lawan yang kalah. Seperti
sifat rasul yang selalu sederhana tidak pernah sombong dan selalu menyayangi
setiap manusia tanpa harus memandang status ornag tersebut. Sebagai atlit atau
wasit dituntut untuk profesional dalam menjalaninya. Dalam bertanding, misalnya
kita harus fairplay dan sportif. Serta sebagai wasit,kita harus bersikap adil
dan tidak membela salah satu kelompok pemain.Jadi hubungan olahraga dan agama
itu sangat penting untuk dipahami.
Dalam berolahraga kita
diajarkan untuk bersikap jujur dan sportif seperti yang diajarkan agama kita
harus selalu bersikap jujur dan adil. Selain itu dengan berolahraga kita bisa
menyehatkan jasmani dan rohani serta pikiran kita pun menjadi lebih sehat dan
dapat berpikiran positif.
Dalam pertandingan olahraga,
peran agamapun sangat penting, seperti sebelum bertanding kita berdoa. Disetiap
pertandingan olahraga setiap atletpun menjunjung tinggi sportifitas dan
kejujuran,karena tujuan dari olahraga itu sendiri adalah kerendahan dalam
kemenangan dan kesetiakawanan dalam kekalahan. Apabila seorang atlet memenangi
pertandingan diharapkan dapat rendah diri, dan mampu membangkitkan semangat
kepada lawan yang kalah. Seperti sifat rasul yang selalu sederhana tidak pernah
sombong dan selalu menyayangi setiap manusia tanpa harus memandang status orang
tersebut.
Dan
agama merupakan penyeimbang dari olahraga karena tidak mungkin kita hanya
memuaskan hasrat untuk berolahraga tetapi agama digunakan untuk memuaskan
hasrat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai
Tuhan yang telah menciptakan kita yang telah memberikan badan yang sehat,
keterampilan dan kemampuan khusus sebagai penunjang kita dalam berolahraga.
Agama islam dan olahraga memiliki korelasi atau hubungan dengan olahraga
dikarenakan setiap olahraga selalu mengedapankan sportifitas yang tak lain
sangat berhubungan erat dengan kejujuran, kejujuran sangat perlu ditanamkan
dalam setiap insan olahraga demi menjaga citra sportif dalam setiap
pertandingan.
F.
Pro Dan Kontra Olahraga Dalam Agama
Manfaat olahraga bagi tubuh
manusia berfungsi bukan hanya sebagai penyembuhan secara kuratif, tetapi jauh
lebih besar sebagai penyembuhan secara preventif. Kajian psikologi peran
olahraga untuk perkembangan mental manusia menduduki peran yang strategis dalam
keseimbangan dan pembentukan karakter seseorang. Selain itu olahraga memiliki
nilai-nilai filosofi bagi kehidupan manusia dalam kehidupan sosial. Tentu saja
nilai-nilai olahraga itu tidak bisa dipandang sebelah mata dalam kontek
kemasyaraktan.
Mencermati
penjelasan di atas, tentunya olahraga sangat fleksibel dengan kehidupan ini,
apa lagi jika di kaitkan dengan kehidupan keagamaan. Tentu saja sangat tidak
mungkin olahraga bertentangan baik dalam kemanfaatanya maupun nilai-nilai yang
terkandung dalam olahraga. Kontroversi yang terjadi, bukanlah persoalan nilai
dan manfaatnya secara prinsip, melainkan pada media yang dipakai oleh para
pelaku olahraga seperti; berbusana, tujuan individu dalam melakukan olahraga
itu sendiri. Sebagian contoh dikalangan masyarakat muslim masih menyisakan
persoalan olahraga yang dalam kaidah agama dipandang menyimpang dari ajaran
Islam. Nampaknya kita semua sepakat bahwa persoalan ini sebenarnya bukan pada
prinsip dan nilai olahraga itu sendiri, melainkan kepada pemakaIn busana bagi
individunya. Kuatnya persoalan ini, di picu oleh adanya regulasi dalam olahraga
kompetitif yang mengharuskan berbusana yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
agama terutama Islam, karena di agama selain islam hal ini bukan menjadi
persoalan serius.
Seperti halnya seorang pemain sepakbola muslim yang bernama Mesut Ozil dari Arsenal
tetap melakukan ibadah puasa saat latihan. Selain itu salah satu kolam renang
di inggris sudah memerapkan aturan seorang perempuan harus mengunakan pakaian
tertutup lengkap dengan tutupan kepala hal ini dilakukan agar mengurangi
tingkat kejahatan seperti pelecehan dikolamrenang.
Sebagai makhluk yang beragama tentu
kita juga menghormati dan menghargai sikap dan aturan yang diterapkan oleh
suatu agama, apa lagi setiap agama memberikan keleluasaan bagi setiap individu
untuk memilih agamanya. Dan sikap ini dilindungi oleh Undang-Undang kenegaran
manapun.
G.
Perspektif Agama Tentang Olahraga
Banyak orang yang salah paham terhadap identitas
Islam. Kesalahpahamannya itu
berdasarkan pada pandangan yang salah. Menurut mereka seorang muslim yang baik
adalah mereka yang lamban dalam berjalan (mlakune koyo macam luwe istilah Jawa
pent). Menundukan muka dihadapan publik, tidak cepat dan tidak lari ketika
berjalan, tidak mendatangi tempat olahraga, tidak bermain sepak bola, tidak
berenang dilaut, atau naik sepeda. Seorang Muslim adalah orang yang mempunyai
persepsi bahwa olahraga termasuk permainan yang dapat melenakan seseorang dari
ibadah atau mengurangi nilai waqar
(tawadlu), eksistensi dan kehormatannya di mata manusia, atau menjadikan mereka
diragukan ilmunya, kepandaiannya dan agamanya.
Pandangan
seperti ini justru merupakan pandangan yang sepihak. Islam datang untuk urusan
duniawi dan ukwrowi secara bersamaan. Islam datang untuk hidup dan mati ,
kekuatan, gerakan, aktivitas dan olahraga, bahkan Islam datang dengan syari’at
dan orientasi yang melindungi kekuatan dan kesempurnaan jasmani. Untuk itu
Islam memotivasi kepada umatnya untuk berolahraga.
Rasulullah SAW bersabda :
“Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarkan menulis,
berenang dan memanah.
Oleh karena itu, agama Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan
olahraga untuk menjaga kesehatan mereka dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan melakukan ibadah kepada
Allah SWT.
Sedangkan menurut orang-orang Atheis berpendapat bahwa kepercayaan bahwa
agama bisa berperan menentukan hasil pertandingan, sebagai khayalan belaka.
Tetapi sangat mungkin mengesampingkan isu apakah Tuhan ada atau tidak dan amati
saja dampak keyakinan pada Tuhan terhadap kinerja.
Inilah yang dilakukan
Jeong-keu Park dari Universitas Seoul pada tahun 2000 dengan mempelajari
kinerja para atlet Korea Selatan. Dia mendapati bahwa doa bukan hanya faktor
penting dalam mengatasi rasa grogi tetapi juga dalam mencapai kinerja puncak.
Satu kutipan salah seorang
peserta dalam penelitian Park memperkuat temuan itu: "Saya selalu
menyiapkan pertandingan dengan doa. Saya menyerahkan seluruhnya kepada Tuhan
tanpa ragu. Doa membuat saya tenang dan lebih yakin dan saya melupakan
ketakutan pada kekalahan. Hasilnya, permainan menjadi bagus."
Pada tahun 1960-an,
serangkaian penelitian mendapati bahwa penyakit jantung lebih jarang dialami
oleh masyarakat yang taat bergama. Penelitian berikutnya memperpanjang temuan
ini, termasuk makalah tahun 1996 yang menemukan bahwa tingkat kematian di
kalangan sekuler dua kali lebih tinggi dibanding kalangan yang taat beragama.
Tampaknya, keyakinan agama bisa memberikan maanfaat kesehatan.
Sedangkan pandangan agama
Kristen tentang olahraga menurut Timotius 4:8 memberitahu kita, “Latihan badani
terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung
janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Perhatikan
bahwa ayat ini tidak mengatakan bahwa olahraga tidak ada gunanya. Ayat ini
mengatakan bahwa olahraga berguna, namun mengungkapkan prioritas yang benar
dengan mengatakan bahwa ibadah memiliki nilai yang lebih besar. Rasul Paulus
juga menyebut tentang latihan badani dalam ilustrasi mengenai kebenaran rohani.
1 Korintus 9:24-27, “ Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan
semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat
hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap
orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam
segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana,
tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak
berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” 2 Timotius
2:5: “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila
ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” 2 Timotius 4:7: “Aku telah
mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman.”
Jadi jelaslah bahwa tidak
ada salahnya orang Kristen berolahraga. Bahkan Alkitab jelas sekali mengatakan
bahwa kita perlu memelihara tubuh kita dengan baik (1 Korintus 6:19-20). Efesus
5:29 memberitahu kita, “Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetapi mengasuhnya dan merawatinya,” Alkitab memperingatkan kita terhadap
ketamakan/hal yang berlebih-lebihan (Ulangan 21:20, Amsal 23:2, 2 Petrus 1:5-7,
2 Tmotius 3:1-9, 2 Korintus 10:5). Pada saat yang sama Alkitab memberi
peringatan mengenai kesia-siaan (1 Samuel 16:7; Amsal 31:30; 1 Petrus 3:3-4).
Apa kata Alkitab mengenai kesehatan? Jadilah orang sehat! Bagaimana kita
mencapai sasaran itu? Dengan berolahraga secara moderat dan makan selayaknya.
Inilah model Alkitab mengenai kesehatan dan olahraga.
H.
Persamaan Dan Perbedaan Dalam Sudut Kontemporer
Persamaan olahraga dan agama
masing-masing mempunyai stuktur organisasi mulai dari tingkat dunia, nasional,
daerah sampai ke tingkat daerah yang paling bawah. Dalam organisasi tersebut
memuat berbagai aturan baik secara umum maupun secara khusus yang harus
diberlakukan pada setiap orang yang ikut terlibat di dalamnya. Tujuan
pemberlakuan aturan untuk memberikan jaminan terciptanya keharmonisan,
keadilan, keamanan, dan kelancaran manusia dalam menjalani aktivitas hidup dan
kehidupannya di dunia.
Perbedaan olahraga dan agama
bisa ditinjau dari aspek sumber aturan, dan tujuan. Dalam olahraga yang menjadi
sumber aturannya adalah semata-mata merupakan hasil karya cipta manusia,
artinya peraturan dibuat oleh induk organisasi olahraga semata yang di dalamnya
memuat aturan-aturan yang berkenaan dengan hubungan antar manusia, dan dari
waktu ke waktu mengalami perubahan disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan
zaman . Sedangkan agama sumber aturannya dari Alkitab, yang merupakan wahyu
langsung dari Allah melalui malaikat Jibril. Bagi masyarakat muslim aturan itu
disebut Syari’at yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai penjabaran
dan penjelasan Al-Qur’an. “Syari’at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
adalah landasan pokoknya, landasan itu bersifat kokoh, fleksibel, terbuka
berbagai kemungkinan untuk dapat mengantisipasi perkembangan zaman, namun tetap
landasan pokok itu tidak harus goyah dan tidak akan goyah.” (Asyafah, 1990:3)
Dari aspek tujuan; kegiatan
olahraga dengan seperangkat aturan yang diberlakukan setiap orang akan mejadi
kompetitor bagi orang lain yang sama-sama berperan sebagai pelaku, sehingga
tumbuh persaingan untuk saling mengalahkan dan menjatuhkan dan pada akhirnya
akan muncul seorang pemenang atau juara. Sedangkan tujuan agama dengan
pemberlakuan syariat Islam kepada umatnya untuk seimbang, selaras, harmonis,
dan ajeg. Umat Islam harus mencari kehidupan akhirat yang baik tapi jangan
melupakan dunia, umat Islam disuruh memperhatikan rohani, jangan melupakan
jasmani. Memang demikian syari’at Islam mengarahkan keseimbangan (QS,
Al-hijr:19, Ar-Rahmaan:7) dan manusia tak boleh melanggarnya (QS,
Ar-Rahmaan:8), kalau dilanggar akan terjadi ketidak harmonisan atau krisis,
Mimi Heatami. (2011).
DAFTAR PUSTAKA
Al Fanjari. S. A. (2005). Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Harsuki.
(2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Olahraga_di_Indonesia.
Diakses pada hari Minggu, 13 September 2015 Pukul 14. 23 WIB.
https://gusrabanged.wordpress.com/2009/12/31/hubungan-antara-agama-dan-olahraga/. Diakses pada hari Jum’at, 11 September 2015 Pukul
10.00 WIB.
Mimi
Heatami. (2011). Nilai Eksistensi
Olahraga dalam Perspektif Agama Islam dari:http://jurnal.upi.edu/mimbar-pendidikan-dasar/view/1763/nilai-eksistensi-olahraga-dalam-perspektif-agama-islam.html.
Paiman.
(2010). Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial melalui Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (Nomor 1 Tahun 2010). Hlm.
14-21.
Rahmani Mikanda. (2014). Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta Timur :Dunia Cerdas.


0 comments:
Post a Comment