Friday, June 2, 2017

KARAKTER, SPORTIVITAS DAN PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA BAGI ATLET MUDA

KARAKTER, SPORTIVITAS
DAN PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA BAGI ATLET MUDA

A.           KARAKTER
Pengertian Karakter
Mengutip ungkapan yang disampaikan oleh Adisusilo (2011) bahwa ungkapan karakter mengandung multitafsir. Hal ini dicontohkan dengan ucapan Bung Karno mengenai karakter yaitu watak bangsa harus dibangun, akan tetapi ketika diucapkan oleh Ki Hajar Dewantara, ungkapan itu memiliki makna pendidikan watak bagi setiap anak yang didalamnya meliputi cipta, rasa, dan karsa. Lalu apa itu karakter (character) ?
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian karakter:
1.      F.W. Foerster (896-1966) dalam Adisusilo (2016) menjelaskan bahwa Karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehinga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang.
2.      Thomas Lickona menjelaskan bahwa karakter adalah A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way with three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”
3.      Menurut ensiklopedia, karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang artinya menandai

B.            SPORTIVITAS
Pengertian Sportivitas

          Sportivitas adalah slogan yang terus menerus dipampang dalam setiap pertandingan olahraga, akan tetapi hal tersebut pun berjalan sejajar dengan tindakan-tindakan yang bertolak belakang dengan sportivitas. Sebagai contoh, pengaturan skor pertandingan dalam sepakbola, memilih wasit dalam pertandingan bolabasket, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Lalu apakah arti dari sportivitas tersebut?
Sportivitas adalah Perilaku yang dilakukan oleh seorang atlit yang respek dan bertanggungjawab dengan bertindak secara jujur dan adil pada suatu kompetisi (Shields and Bredemeier, 1995; Gough 1997). 

C.           PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA BAGI ATLET MUDA
The current study highlights that we must provide young athletes with a holistic skills package containing a variety of psychosocial skills to enable them to: (a) stay motivated, (b) be task-oriented, (c) cope with adversity in sport and life, (d) handle injuries and other challenges in the transition from junior to senior level, (e) prioritize and plan their daily life to balance sport, school, social life, and recovery, and (f) be able to use their social network as a resource (Henriksen, et.,al., 2015).
Penulis menyimpulkan bahwa peranan psikologi olahraga bagi atlet muda sangatlah penting, hal-hal yang harus diperhatikan oleh pelatih, guru, manajer, dan orang tua tidak hanya tentang prestasi semata. Akan tetapi sisi sosialnya, kognitifnya, emosionalnya.

D.            TEORI PENGEMBANGAN KARAKTER DAN SPORTIVITAS
1.             Teori Social Learning


Hal ini menunjukkan bahwa riwayat belajar sosial seseorang menentukan tingkatan olahragawan-nya.
2.             Teori Structural Development
Weiss & Bredemeier (Gould, 2003: 529) mengatakan bahwa berbeda dengan pendekatan belajar sosial, yang menekankan pada pemodelan, penguatan, dan pembandingan sosial, pendekatan perkembangan struktural menekankan pada bagaimana perubahan secara psikologikal dan perkembangan ketika siswa berinteraksi dengan pengalaman lingkungan untuk membentuk alasan-moral (moral reasoning). Dalam hubungan ini, para ahli psikologi olahraga mengajukan beberapa istilah yang tercakup dalam pendekatan perkembangan struktural ini, yaitu perkembangan moral (moral development), alasan-moral (moral reasoning), dan perilaku moral (moral behavior). Perlu dicatat bahwa moral yang dimaksud disini adalah moral yang tidak ada implikasinya dengan nilai-nilai keagamaan.
3.             Teori Social Psychological
Vallerand, dkk. (1997) dalam Gould (2003:531) menawarkan pendekatan ketiga untuk mempelajari moralitas dalam aktivitas jasmani. Vallerand menyarankan untuk melihat karakter dari pandangan yang lebih kompleks, perspektif personal dan faktor-faktor situasional yang menentukan ciri-ciri olahragawan sejati. Perkembangan karakter berkembang dari keputusan seseorang tentang benar atau salah dari tindakan minat orang itu dengan keterlibatan minat mutual. Karena itu, penting mempertimbangkan sikap, nilai-nilai, dan norma-norma budaya dari kelompok atau individu tertentu, dan tahapan alasan moral dalam upaya memahami bagaimana meningkatkan perkembangan karakter dan ciri-ciri olahragawan sejati. Ini berarti, nampaknya mengambil keuntungan dari apa yang telah dipelajari melalui pendekatan belajar sosial dan perkembangan struktural, sehingga menjadi pendekatan sosial-psikologikal.
4.             Teori Ekologi Perkembangan


Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell University Amerika Serikat. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasi dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
Berdasarkan gambar di atas, teori ekologi memandang perkembangan anak dari tiga sistem lingkungan yaitu mikrosistem, eksosistem, dan makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu perkembangan individu dalam membentuk ciriciri fisik dan mental tertentu.
Mikrosistem adalah lingkungan dimana individu tinggal, konteksi ini meliputi keluarga individu, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tampat tinggl. Dalam sistem mikro terjadi banyak interaksi secara langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua, teman dan guru. Dalam proses interaksi tersebut individu bukan sebagai penerima pasif, tetapi turut aktif membentuk dan membangun setting mikrosistem.
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dan lain sebagainya, dimana semua sub sistem tersebut akan memberikan pengaruh pada perkembangan karakter anak.

Demikian, semoga bermanfaat... Salam Olahraga !


DAFTAR PUSTAKA

  1. Foerster (869-1966) dalam  Sutarjo Adisusilo (2011). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Raja Grapindo.

  1. Gough (1997), dalam Benson Olu Dada (2016). Sportsmanship Development Strategies for Coaches of University. Athletes in South-South of Nigeria. Journal of Education and Practice, Vol.7, No.14, 2016

  1. Joseph Doty, (2006). Sports Build Character?!, Journal of College and Character, volume 7, No.3.\

  1. Kristoffer Henriksen, Carsten Hvid Larsen, Louise Kamuk Storm (2015). Sport Psychology Interventions With Young Athletes: The Perspective of the Sport Psychology Practitioner. Journal of Clinical Sport Psychology, 2014, 8, 245-260.

  1. Mujahidah (2015). Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner dalam Membangun Pendidikan Karakter Yang Berkualitas. Lentera, Vol. IXX, No. 2, Desember 2015

  1. Sri Winarni, (2011). Pengembangan Karakter Dalam Olahraga dan Pendidikan Jasmani. Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY

  1. Shields dan Bredemeier, dalam Tor Stornes dan Yngvar Ommundsen  (2004). Achievement Goals, Motivational Climate and Sportspersonship: a study of young handball players. Scandinavian Journal of Educational Research, Vol. 48, No. 2, April 2004.

Share:

0 comments:

Post a Comment