KARAKTER,
SPORTIVITAS
DAN PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA BAGI ATLET MUDA
A.
KARAKTER
Pengertian Karakter
Mengutip ungkapan yang
disampaikan oleh Adisusilo (2011) bahwa ungkapan karakter mengandung
multitafsir. Hal ini dicontohkan dengan ucapan Bung Karno mengenai karakter
yaitu watak bangsa harus dibangun, akan tetapi ketika diucapkan oleh Ki Hajar
Dewantara, ungkapan itu memiliki makna pendidikan watak bagi setiap anak yang
didalamnya meliputi cipta, rasa, dan karsa. Lalu apa itu karakter (character) ?
Berikut beberapa
pendapat mengenai pengertian karakter:
1. F.W.
Foerster (896-1966) dalam Adisusilo (2016) menjelaskan bahwa Karakter adalah
seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehinga menjadi sifat
tetap dalam diri seseorang.
2. Thomas
Lickona menjelaskan bahwa karakter adalah A reliable inner disposition to
respond to situations in a morally good way with three interrelated parts:
moral knowing, moral feeling, and moral behavior”
3. Menurut
ensiklopedia, karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang artinya
menandai
B.
SPORTIVITAS
Pengertian Sportivitas
Sportivitas
adalah slogan yang terus menerus dipampang dalam setiap pertandingan olahraga,
akan tetapi hal tersebut pun berjalan sejajar dengan tindakan-tindakan yang
bertolak belakang dengan sportivitas. Sebagai contoh, pengaturan skor
pertandingan dalam sepakbola, memilih wasit dalam pertandingan bolabasket, dan
masih banyak lagi contoh lainnya. Lalu apakah arti dari sportivitas tersebut?
Sportivitas adalah Perilaku
yang dilakukan oleh seorang atlit yang respek dan bertanggungjawab dengan
bertindak secara jujur dan adil pada suatu kompetisi (Shields and Bredemeier,
1995; Gough 1997).
C.
PERANAN
PSIKOLOGI OLAHRAGA BAGI ATLET MUDA
The
current study highlights that we must provide young athletes with a holistic skills
package containing a variety of psychosocial skills to enable them to: (a) stay
motivated, (b) be task-oriented, (c) cope with adversity in sport and life, (d)
handle injuries and other challenges in the transition from junior to senior
level, (e) prioritize and plan their daily life to balance sport, school,
social life, and recovery, and (f) be able to use their social network as a
resource (Henriksen, et.,al., 2015).
Penulis
menyimpulkan bahwa peranan psikologi olahraga bagi atlet muda sangatlah
penting, hal-hal yang harus diperhatikan oleh pelatih, guru, manajer, dan orang
tua tidak hanya tentang prestasi semata. Akan tetapi sisi sosialnya,
kognitifnya, emosionalnya.
D.
TEORI
PENGEMBANGAN KARAKTER DAN SPORTIVITAS
1.
Teori
Social Learning
Hal
ini menunjukkan bahwa riwayat belajar sosial seseorang menentukan tingkatan olahragawan-nya.
2.
Teori
Structural Development
Weiss
& Bredemeier (Gould, 2003: 529) mengatakan bahwa berbeda dengan pendekatan
belajar sosial, yang menekankan pada pemodelan, penguatan, dan pembandingan
sosial, pendekatan perkembangan struktural menekankan pada bagaimana perubahan
secara psikologikal dan perkembangan ketika siswa berinteraksi dengan
pengalaman lingkungan untuk membentuk alasan-moral (moral reasoning). Dalam hubungan
ini, para ahli psikologi olahraga mengajukan beberapa istilah yang tercakup
dalam pendekatan perkembangan struktural ini, yaitu perkembangan moral (moral
development), alasan-moral (moral reasoning), dan perilaku moral (moral
behavior). Perlu dicatat bahwa moral yang dimaksud disini adalah moral yang
tidak ada implikasinya dengan nilai-nilai keagamaan.
3.
Teori
Social Psychological
Vallerand,
dkk. (1997) dalam Gould (2003:531) menawarkan pendekatan ketiga untuk
mempelajari moralitas dalam aktivitas jasmani. Vallerand menyarankan untuk
melihat karakter dari pandangan yang lebih kompleks, perspektif personal dan
faktor-faktor situasional yang menentukan ciri-ciri olahragawan sejati.
Perkembangan karakter berkembang dari keputusan seseorang tentang benar atau
salah dari tindakan minat orang itu dengan keterlibatan minat mutual. Karena
itu, penting mempertimbangkan sikap, nilai-nilai, dan norma-norma budaya dari
kelompok atau individu tertentu, dan tahapan alasan moral dalam upaya memahami
bagaimana meningkatkan perkembangan karakter dan ciri-ciri olahragawan sejati. Ini
berarti, nampaknya mengambil keuntungan dari apa yang telah dipelajari melalui
pendekatan belajar sosial dan perkembangan struktural, sehingga menjadi pendekatan
sosial-psikologikal.
4.
Teori
Ekologi Perkembangan
Teori ekologi
perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli
psikologi dari Cornell University Amerika Serikat. Teori ekologi memandang
bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal
balik antara individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku
individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan,
mengorganisasi dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
Berdasarkan gambar di
atas, teori ekologi memandang perkembangan anak dari tiga sistem lingkungan
yaitu mikrosistem, eksosistem, dan makrosistem. Ketiga sistem tersebut membantu
perkembangan individu dalam membentuk ciriciri fisik dan mental tertentu.
Mikrosistem adalah
lingkungan dimana individu tinggal, konteksi ini meliputi keluarga individu,
teman sebaya, sekolah dan lingkungan tampat tinggl. Dalam sistem mikro terjadi
banyak interaksi secara langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua, teman dan
guru. Dalam proses interaksi tersebut individu bukan sebagai penerima pasif,
tetapi turut aktif membentuk dan membangun setting mikrosistem.
Eksosistem adalah
sistem sosial yang lebih besar dimana anak tidak terlibat interaksi secara
langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak
Makrosistem adalah
sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem makrosistem terdiri
dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya,
dan lain sebagainya, dimana semua sub sistem tersebut akan memberikan pengaruh
pada perkembangan karakter anak.
Demikian, semoga bermanfaat... Salam Olahraga !
DAFTAR
PUSTAKA
- Foerster
(869-1966) dalam Sutarjo Adisusilo
(2011). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Raja Grapindo.
- Gough
(1997), dalam Benson Olu Dada (2016). Sportsmanship Development Strategies for Coaches
of University.
Athletes in South-South of Nigeria. Journal of Education and Practice, Vol.7,
No.14, 2016
- Joseph
Doty, (2006). Sports Build
Character?!, Journal of College and Character, volume 7,
No.3.\
- Kristoffer Henriksen, Carsten Hvid Larsen, Louise Kamuk Storm
(2015). Sport Psychology Interventions With Young Athletes:
The Perspective of the Sport
Psychology Practitioner. Journal of Clinical Sport Psychology, 2014, 8, 245-260.
- Mujahidah
(2015). Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner dalam Membangun
Pendidikan Karakter Yang Berkualitas. Lentera, Vol. IXX, No. 2,
Desember 2015
- Sri
Winarni, (2011). Pengembangan Karakter Dalam Olahraga dan Pendidikan
Jasmani. Cakrawala Pendidikan,
Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
- Shields dan
Bredemeier, dalam Tor Stornes dan Yngvar Ommundsen (2004). Achievement Goals, Motivational
Climate and Sportspersonship: a study
of young handball players. Scandinavian
Journal of Educational Research, Vol. 48, No. 2, April 2004.


0 comments:
Post a Comment